Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

KITA BELAJAR DENGAN BERTINDAK

Belajar adalah menemukan apa yang sudah Anda ketahui. Melakukan adalah memeragakan  bahwa Anda mengetahuinya. Mengajar adalah mengingatkan orang-orang lain bahwa mereka  mengetahuinya sebaik Anda Anda adalah pelajar, pengajar, guru. Baru beberapa tahun yang lalu aku mulai memainkan selo.  Kebanyakan orang akan mengatakan dengan begitu saja bahwa yang sedang aku lakukan adalah "belajar untuk memainkan" selo. Namun kata-kata ini memasukkan gagasan aneh ke dalam benakku, bahwa ada dua proses yang sangat berbeda: (1) belajar memainkan selo; (2) memainkan selo. Perkataan orang-orang itu menyiratkan bahwa aku akan menjalani yang pertama sampai selasai, dimana aku akan mengakhiri proses pertama dan memulai yang kedua. Pendeknya, aku akan maju dari "belajar untk memainkan" sampai "pandai untuk memainkan" dan kemudian baru benar-benar mulai memainkan itu. Memang ini omong kosong. Sesungguhnya yang ada bukanlah dua proses, melainka

Anak-anak Belajar dari Nilai-nilai yang Melingkupinya

Barangkali pelayanan masyarakat paling mulia yang dapat disumbangkan siapapun pada negeri dan kemanusian adalah mengasuh keluarga George Bernard Shaw Jika anak-anak hidup dalam kecaman,        mereka belajar untuk mengutuk. Jika anak-anak hidup dalam permusuhan,         mereka belajar untuk berkelahi. Jika anak-anak hidup dengan ketakutan,         mereka belajar untuk tercekam kekhawatiran. Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan,         mereka belajar untuk mengasihani diri sendiri. Jika anak-anak hidup dengan cemoohan,        mereka belajar untuk menjadi pemalu. Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan,        mereka belajar untuk merasa iri hati. Jika anak-anak hidup dengan rasa malu,        mereka belajar untuk menyalahkan diri sendiri. Jika anak-anak hidup dengan toleransi,        mereka belajar untuk bersikap sabar. Jika anak-anak hidup dengan dorongan semangat,        mereka belajar untuk menjadi percaya diri. Jika anak-anak hidup dengan puji

SEKOLAH BINATANG

Alkisah pada suatu masa, para binatang memutuskan bahwa mareka harus melakukan sesuatu yang heroik guna mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam "suatu dunia baru". Jadi mereka mendirikan sebuah sekolah. Mereka menerapkan kurikulum kegiatan yang terdiri dari lari, memanjat, renang, dan terbang. Untuk mempermudah pengaturan kurikulum itu, semua binatang harus mengambil semua mata pelajaran. Itik piawai dalam renang, bahkan sesungguhnya lebih baik ketimbang instrukturnya, namun ia lulus dengan angka minimun dalam terbang dan sangat buruk dalam lari. Karena lamban dalam lari, ia harus tetap tinggal seusai jam sekolah san juga melepaskan mata pelajaran renang untuk belajar lari. Ini berlangsung terus-terusan sampai-sampai kakinya yang berselaout menjadi kelewat letih dan ia pun hanya memperoleh angka rata-rata dalam renang.Tetapi angka rata-rata masih diterima di sekolah, jadi tak seorang pun yang merisaukannya, kecuali si itik sendiri. Kelinci menjadi juara kelas dal

Ketentuan-ketentuan Untuk Menjadi Manusiawi

Anda akan menerima sebuah tubuh. Anda mungkin menyukainya atau membencinya, bagaimanapun itu akan menjadi milik Anda sepanjang hayat. Anda akan menerima pelajaran-pelajaran. Anda akan mendaftar di suatu sekolah informasi purnawaktu yang bernama Kehidupan. Setiap hari di sekolah ini Anda akan memiliki kesempatan untuk memperoleh pelajaran-pelaran. Anda mungkin menyukai pelajaran-pelajaran itu atau menganggapnya tidak relevan ataupun tolol. Tidak ada kesalahan, hanya pelajaran. Perkembangan adalah proses coba-coba; Eksperimen. Eksperimen-eksperimen yang "gagal" pun merupakan bagian dari proses itu, tak ubahnya eksperimen yang "berhasil". Suatu pelajaran diulangi sampai itu dipahami. Sebuah pelajaran akan diajarkan kepada Anda dalam berbagai bentuk sampai Anda memahaminya. Ketika Anda memahaminya, Anda selanjutnya dapat melanjutkan ke pelajaran lain. Proses belajar itu tidak pernah berakhir. Tidak ada satupun bagian kehidupan yang tidak mengandung pelajaran. Jika

Deklarasi Tentang Penghargaanku Terhadap Diriku Sendiri

Siapa diriku sudah cukup baik apabila aku menjadi diriku sendiri dengan terus terang. Kisah berikut ini ditulis sebagai jawaban bagi pertanyaan seorang gadis berusia 15 tahun, "Bagaimana aku dapat mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupanku?" Aku adalah Aku Di seluruh penjuru dunia ini, tak ada satu orang pun yang benar-benar tepat menyerupai aku. Ada orang-orang yang memiliki sejumlah bagian yang mirip dengan punyaku namun tak seorangpun yang seluruh bagiannya sama persis seperti aku. Karena itu, segala sesuatu yang keluar dariku adalah asli milikku karena aku sendirilah yang memilihnya. Aku memiliki segalanya dari diriku---tubuhku, termasuk semua wawasan dan gagasanku; mataku, termasuk citra-citra yang ditangkapnya; perasaanku, apapun bentuknya---kemarahan, kegembiraan, frustasi, cinta, kekecewaan, kegairahan; mulutku dan semua kata-kata yng keluar darinya---sopan, manis atau kasar, benar atau salah; suaraku, keras atau lembut; dan semua tindakanku, enta

Mulailah dengan Diri Sendiri

Kata-kata berikut ini ditulis di atas batu nisan seorang Uskup Anglikan (1100 sebelum Masehi) dalam Kuburan Bawah Tanah Gereja Westminister Abbey. Tatkala aku masih muda serta bebas dan imajinasi mengembara tanpa batas, aku bercita-cita untuk mengubah dunia. Tatkala aku semakin tua dan bijaksana, aku menyadari bahwa dunia tak akan berubah, dan aku agak memendekkan sasaranku serta memutuskan untuk mengubah negriku saja. Namun ini pun tampaknya tak dapat diubah. Tatkala aku kian jauh mengarungi masa tuaku, dalam suatu upaya yang nekat, aku berniat keras untuk mengubah keluargaku saja, mereka yang memiliki hubungan terdeat denganku, namun aduh, mereka pun tak berbeda. Dan kini tatkala aku berbaring di ranjang kematianku, aku tiba-tiba menyadari: Andaikan dulu aku pertama kali mengubah diriku sendiri saja, melalui teladan barangkali aku berhasil mengubah keluargaku. Dari inspirasi dan dorongan mereka, aku seharusnya mampu memperbaiki negriku dan, siapa tahu, aku mun

BUDDHA EMAS

Dan sekarang inilah rahasiaku, sebuah rahasia yang sangat sederhana; hanya dengan hati sajalah orang dapat melihat dengan tepat, apa yang hakiki tidak tertangkap oleh mata. Pada musim gugur tahun lalu 1988 aku dan istriku, Georgia, diundang untuk mengadakan presentasi tentang harga diri dan kinerja puncak di suatu konferensi di Hong Kong. Karena kami belun pernah mengunjungi kawasan Timur Jauh, kami memutuskan untuk memperpanjang masa perjalanan kami dan mengunjungi Thailand. Ketika tiba di Bangkok, kami menetapkan untuk ikut tur ke kuil-kuil buddha yang paling terkenal di kota itu. Bersama-sama dengan penerjemah dan pengemudi kami, Georgia dan aku mengunjungi banyak sekali kuil Buddha hari itu, tetapi dalam waktu singkat kuil-kuil itu mulai mengabur dalam kenangan kami. Tetapi ada kuil yang menorehkan kesan yang tak dapat terhapus dari hati dan pikiran kami. Ini disebut kuil Buddha Emas. Kuil itu sendiri sangat kecil, barangkali luasnya tidak lebih dari tiga puluh kaki pe