Restless Heart

Pada tanggal 13 November 354 di kota Tagaste (sekarang ada di Algeria), seorang perempuan bernama Monica, yang bersuamikan seorang kafir yang kasar dan suka menindas bernama Patricius, melahirkan seorang putera bernama Aurelius Agustinus.

Monica bukan seorang perempuan yang beruntung untuk zamannya, apalagi menurut ukuran zaman sekarang. Meski ia dilahirkan di tengah keluarga Kristen, entah mengapa orang tuanya menikahkannya dengan seorang pria kafir. Selain harus menghadapi suaminya yang sering menghina imannya, ia juga harus berhadapan dengan ibu mertua yang tidak menyukai dirinya. Maka lengkaplah sudah penderitaan Monica.

Tetapi Monica bukan sembarang perempuan. Ia adalah seorang perempuan saleh yang gigih bertekun dalam doa dan bersandar pada Tuhan. Suaminya akhirnya bertobat sebelum meninggal dunia. Tidak hanya itu, ibu mertuanya pun menjadi orang Kristen karena dimenangkan oleh kelembutan hati dan tingkah laku Monica.

Namun masalah hidupnya belum selesai, karena anak sulungnya, Agustinus, justru semakin menjadi-jadi dalam berbuat dosa. Monica sangat mengkhawatirkan Agustinus yang hidup bersama seorang perempuan muda yang memberinya seorang anak haram. Agustinus yang dikirim ke Carthage untuk melanjutkan studi, justru jatuh dalam pengaruh sekte Manikhean. Monica berusaha mati-matian untuk menarik anaknya, tetapi tanpa hasil.

Selama 9 tahun, Agustinus memercayai sekte tersebut. Monica kadang merasa kecewa dan berputus asa, tetapi tidak ia tidak pernah mau menyerah untuk membawa anaknya kepada Tuhan.

Setelah berdoa penuh air mata selama 17 tahun, Tuhan membawa Agustinus pada pertobatan. Suatu hari, sewaktu Agustinus membaca Perjanjian Baru di sebuah taman, ia sampai pada Roma 13:12-14. Ia segera memutuskan untuk membuang semua perbuatan kegelapan dan mengenakan Yesus Kristus.
Itulah mungkin saat paling membahagiakan bagi Monica sebagai seorang ibu. Anaknya bertemu Tuhan! Mungkin untuk lebih dapat memahami pergumulan Monica, Anda dapat menonton film biografi Agustinus yang sudah diluncurkan di musim gugur tahun lalu. Judul filmnya, Restless Heart: The Confessions of Augustine. DVDnya akan segera dijual di akhir bulan November ini.

Tetapi sebelum menontonnya, saya ingin mengajak Anda untuk merefleksikan kisah di atas. Seperti judul filmnya, Monica memiliki putera yang hatinya selalu gelisah sampai menemukan perhentian dalam Tuhan. Seperti puteranya, hati Monica juga akan selalu gelisah, sampai Tuhan membawa Agustinus masuk ke dalam perhentian-Nya.

Waktu merenungkan tentang kerohanian Monica, saya teringat kepada Hawa, perempuan pertama. Seperti Adam, ia jatuh dalam dosa di tengah serba kelimpahan, tanpa ada satu pun masalah kehidupan yang menggelisahkan jiwanya.

Lalu saya terkenang kembali kepada ibu-ibu dari para pahlawan iman. Ibu dari Musa, ibu dari Charles Wesley, ibu dari Pdt. Stephen Tong. Perempuan-perempuan yang ‘gelisah’ akan kerohanian anak-anak mereka. Perempuan-perempuan yang digelisahkan untuk menjadi perkasa di dalam ketekunan berdoa dan berharap pada Tuhan. Perempuan-perempuan yang lewat kegelisahan mereka dalam Tuhan, ikut mengubah sejarah lewat kehadiran putra-putri mereka yang beriman teguh seperti ibu-ibu mereka.

Wahai para ibu dan para perempuan, adakah engkau memiliki kegelisahan iman atas kerohanian putra-putrimu?
Wahai kaum ayah dan para pria, adakah engkau terus gelisah dan tidak pernah berhenti berdoa agar Tuhan membangkitkan perempuan-perempuan beriman?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANGELS

MENARA DOA KOTA KLATEN

IHKLAS