Cerita Rakyat : BULUH PERINDU

Dahulu kala buluh atau bambu adalah benda yang sangat dibutuhkan oleh semua orang. Zaman dahulu, ketika semen dan batu bata belum ada, semua orang membangun rumahnya dengan bambu. Mereka menganyam bambu menjadi lembaran - lembaran dan menjadikannya tembok rumah. Selain dibuat dari kayu - kayu hutan, tiang - tiang rumah juga diperkuat dengan bambu - bambu besar yang dinamakan petung.

Karena bambu sangat penting dan selalu dibutuhkan, banyak orang berminat menjadi penebang bambu. Mereka pergi ke hutan bambu untuk mendapatkan bambu yang kuat dan berkualitas baik.

Namun, karena terus - menerus ditebang, hari demi hari jumlah bambu semakin berkurang. Semua orang menjadi bingung. Bila bambu dihutan habis, tentunya mereka akan kesulitan membangun rumah, membuat perlengkapan sehari-hari, membuat jembatan dan membuat benda-benda lainnya. Akhirnya mereka memutuskan untuk menanam bambu disekitar tempat tinggal mereka.

Seiring perjalanan waktu, bambu mulai banyak ditemukan kembali. Orang-orang tak lagi kebingungan. Bambu menjadi semakin populer di kalangan masyarakat. Mereka pun mulai menggunakan bambu sebagai alat musik, seperti angklung dan suling.

Alkisah di tengah sawah terdapat serumpun bambu yang subur. Padahal mulanya rumpun bambu atau buluh itu ditanam oleh penduduk sekitar. Lama-kelamaan rumpun itu menjadi banyak. Batangnya besar-besar dan kokoh. Rumpun ini menghasilkan bambu yang mutunya sangat baik. Oleh penduduk sekitar bambu-bambu itu sering ditebang untuk membangun rumah, tempat tidur, meja, kursi, jembatan dan lain-lain.

Di antara bambu-bambu yang besar itu, tumbuh sebatang bambu yang kecil dan kurus. Setiap hari ia selalu diejek dan dihina. Ia menjadi sangat sedih.

Suatu hari ia merasa sangat sedih lalu berdoa agar cepat ditebang. Tak lama berselang, datanglah penebang bambu. Bambu kecil berkata kepada si penabang bambu.

"Tuan, tebanglah aku. Tebanglah aku hari ini. Paling tidak biarkan aku sekali saja berguna di dunia ini."

Si penebang bambu pun menuruti permintaan bambu kecil. Dengan sekali tebas, ia berhasil menebang bambu itu.

Waktu terus bergulir, tak terdengar kabar tentang si bambu kecil. Bambu-bambu besar menduga si bambu kecil sudah dibakar atau dibiarkan lapuk dimakan rayap.

Suatu ketika suara merdu terdengar oleh rumpun bambu itu. Bau wangi juga tercium, terbawa oleh tiupan angin kepada rumpun bambu ditengah sawah. Dan hal itu terulang dan terulang lagi.

Semua bambu bertanya-tanya, darimana gerangan suara merdu dan bau wangi tersebut. Barulah kemudian datang Sang Raja Angin, mengabarkan bahwa suara merdu dan bau wangi itu berasal dari keraton. Suara merdu itu keluar dari suling sang Raja yang terbuat dari bambu kurus. Bambu itu telah dijadikan buluh perindu oleh Sang Raja. Setiap orang yang mendengar suara dari buluh perindu itu akan merasa bahagia, seperti sedang berada di tepi pantai dengan tiupan angin sepoi-sepoi.

Karena khasiatnya, buluh perindu itu dibungkus dengan sutra dan disimpan dalam kotak yang sangat elok. Buluh kurus kecil yang dulu selalu dihina, sekarang menjadi penghibur bagi semua orang. Mendengar cerita Sang Raja Angin, buluh-buluh besar yang dulu sering menghina si bambu kecil menyesal dan berjanji akan hormat kepada siapa saja.

Anugerah itu diberikan Tuhan kepada si bambu kecil karena katabahannya, dalam menghadapi segala cobaan. Tuhan adalah Maha Besar dan Maha Adil dalam menentukan nasib umatnya. Dalam diri setiap ciptaannya pastilah terdapat kelebihan yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kebaikan bagi sesama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANGELS

MENARA DOA KOTA KLATEN

IHKLAS